Berutang
(Sumber : Buku Renungan Harian "Potret Kasih Allah")
“Yaitu, supaya aku ada di antara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersama, baik oleh imanmu maupun oleh imanku” (Roma 1:12).
Istilah “murid” merujuk pada seseorang yang belajar—pelajar. Kata “rasul” berasal dari akar kata yang berarti “dikirim.” Para murid duduk dekat kaki Yesus, mereguk ajaran-Nya. Ketika Ia memerintahkan mereka untuk mengajar orang lain, mereka menjadi rasul karena Ia mengirim mereka untuk mengajar. Mereka adalah para utusan. Dalam Perjanjian Baru, gereja-gereja lokal mengirim utusan (rasul) untuk mewakili mereka (2 Kor. 8:23). Tetapi dalam arti yang khusus, Yesus mengirim para misionaris (rasul), yaitu kedua belas murid.
Meskipun ia bukan satu dari kedua belas murid, Paulus seringkali menyebut dirinya rasul. Ia mengalami perjumpaan khusus dengan Kristus yang telah bangkit, yang memberikannya amanat untuk melayani sebagai misionaris pertama untuk bangsa-bangsa lain sementara rasul-rasul lainnya menginjili orang Yahudi.
Para rasul memiliki sejumlah wewenang karena mereka adalah utusan Yesus sendiri, diajar oleh-Nya dan diutus oleh-Nya. Wewenang kerasulan itu tidak membutuhkan sikap sok berkuasa. Dalam awal suratnya kepada orang Kristen di Roma, Paulus menunjukkan kerendahan hati yang patut. Sebagai rasul, ia memiliki sesuatu yang penting dan spesifik untuk dibagikan kepada mereka. Namun demikian harus ada suatu timbal balik. Sebagai utusan Kristus, ia diharapkan untuk “menguatkan” mereka dan begitu pula sebaliknya. Bersama-sama mereka akan menikmati dukungan satu sama lain.
Sikap yang sama dari Paulus dalam perannya sebagai guru dan murid tertuang lagi dalam Roma 1:14 (NIV): “Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.” Paulus menggunakan kata yang bermakna “orang berutang” untuk menggambarkan dirinya, ketimbang membawa statusnya sebagai rasul. Dan kepada siapa ia berutang? Orang Yunani dan orang barbar (diterjemahkan sebagai “orang bukan Yunani”), orang bijaksana maupun orang bodoh (mereka yang terpelajar dan tidak terpelajar). Dengan kata lain, Paulus merasa berutang kepada semua orang.
Paulus berutang kepada orang lain dalam dua hal. Pertama, sebagai seo- rang rasul Yesus Kristus, adalah tugasnya untuk membagikan kabar baik keselamatan bagi semua orang, terutama orang bukan Yahudi. Ia berutang untuk membagikan imannya kepada mereka. Kedua, ia sendiri tidak terkecuali, pernah belajar dari orang lain—bahkan dari mereka yang tidak terlalu bijaksana. Belajar adalah proses seumur hidup.
Paulus memberikan contoh yang hebat kepada semua orang yang menjadi pemimpin—dan bagi kita, yang bukan rasul.
Comments
Post a Comment